Jumat, 30 Desember 2011

TANJUNG BIRA DAN PERSIAPAN MEMERIAHKAN MALAM PERGANTIAN BARU


Seperti tahun-tahun sebelumnya dan telah menjadi rutinitas tahunan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba kembali menjadikan Kawasan Wisata Bira sebagai salah satu tempat favorit untuk memeriahkan malam pergantian tahun. Walaupun kegiatan pesta pergantian tahun yang diakomodir oleh Pemerintah Kabupaten Bulukumba dipusatkan di Kota Bulukumba dan Kawasan Wisata Pantai Samboang Kecamatan Bontotiro, tetapi Tanjung Bira telah memiliki fasilitas dan sarana yang lengkap tetap menjadi primadona untuk menyambut tahun 2012 bersama keluarga dan teman dan relasi.

Jumat, 23 Desember 2011

PHRI: Sulsel Layak Jadi Destinasi Kedua

dok Fajar
Kadis Budpar Bulukumba (A. Nasaruddin Gau) dan  
Ketua PHRI SulSel (Anggiat Sinaga)

Sumber : http://www.fajar.co.id
Bulukumba Diversifikasi Objek Wisata 
MAKASSAR -- Optimisme Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Sulsel mencapai pertumbuhan pelancong asing maupun nusantara sampai 40 persen disambut baik pelaku industri. Target tersebut akan menjadi motivasi seluruh stakholder pariwisata untuk melakukan inovasi-inovasi baru.
Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sulsel, Anggiat Sinaga, mengharapkan target pertumbuhan kunjungan wisatawan ini terutama pada kunjungan pelancong asing.
"Itu merupakan motivasi sekaligus harapan dari program Visit Makassar 2011 dan Visit South Sulawesi 2012. Kami sebagai pelaku industri pariwisata, sangat optimis pertumbuhan 40 persen kunjungan wisatawan asing dapat tercapai," katanya.

Selasa, 20 Desember 2011

Ayo! Jaga Kelestarian Terumbu Karang Tanjung Bira

Sumber : http://makassar.tribunnews.com/2011/12/19/ayo-jaga-kelestarian-terumbu-karang-tanjung-bira

Laporan: Nirwan, Mahasiswa Ilmu Kelautan Unhas (Anggota MSDC UH),
melaporkan dari Tanjung Bira Kab. Bulukumba 
TRIBUN-TIMUR.COM - Minggu 18 Desember 2011 PNPM Pariwisata Desa Bira Kab. Bulukumba melakukan rehabilitasi terumbu karang di pantai Tanjung Bira. Kegiatan rehabilitasi karang ini berupa transplantasi karang atau biasa disebut menanam karang di atas meja. 

Pemkab Siapkan 150 Hektare Lahan Bandara

Sumber : http://www.fajar.co.id
BULUKUMBA, FAJAR -- Pemerintah kabupaten (pemkab) Bulukumba menyiapkan 150 hektare lahan di Kecamatan Bontobahari. Lahan tersebut diperuntukkan perintisan bandara di daerah ini. 
Pemkab memastikan, areal yang akan digunakan tersebut sudah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Hal itu sebagai bentuk keseriusan pemerintah setempat untuk segera menyiapkan alternatif jalur transportasi baru bagi pengunjung dan masyarakat Bulukumba. Selain itu, juga dimaksudkan sebagai salah satu terobosan menggenjot sektor pariwisata. Khususnya menggaungkan ikon Bulukumba, Tanjung Bira dan industri galangan kapal tradisional Pinisi.

Senin, 28 November 2011

Tradisi Adat Ammatoa Wajib Dilestarikan

MUHAMMAD ARMAN/FAJAR
FOTO BERSAMA. Wantimpres bidang pendidikan dan kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta (kedua dari kanan) berfoto di depan pintu gerbang kawasan adat Ammatoa, Minggu, 27 November


BULUKUMBA, FAJAR -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta menyatakan kekagumannya pada tradisi masyarakat Adat Ammatoa, Kajang. Ia meminta tradisi tersebut bisa dilestarikan.

Kekaguman itu diungkapkan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini saat berkunjung ke kawasan ini, Minggu, 27 November. Salah satu yang dia kagumi adalah nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi masyarakat adat ini yakni kesederhanaan dan kejujuran. Tradisi adat ini, kata putri Proklamator Kemerdekaan RI, Muhammad Hatta ini, adalah hal yang wajib dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya nasional yang hingga saat ini masih ada.

RAPAT TERBATAS WANTIMPRES MENGENALI ASET SEJARAH DAN BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Foto :  Humas Bulukumba

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa lebih jauh dari sekedar mencerdaskan otak, karena mencerdaskan kehidupan bangsa adalah konsep budaya, yaitu menginternalisasikan nilai-nilai sebagai bangsa yang berkarakter, mempunyai jati diri, watak sebagai bangsa yang bermartabat, mandiri, tangguh, mencintai sesama, mampu menjadi tuan di tanah air sendiri, berdiri sejajar dengan bangsa lain, dan mampu mendisain masa depannya sendiri tanpa menggantungkan nasibnya pada bangsa lain. 

Jumat, 25 November 2011

Anggota Wantimpres Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Kunjungi Bulukumba


Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan beserta rombongan, hari ini Jum’at (25/11) mengunjungi Bulukumba.

Selasa, 15 November 2011

KARAKTERISTIK ADAT KAJANG TERANCAM HILANG

                                                                          ubayd-budpar Blk
Salah satu ritual adat di Kajang

Bulukumba,Fajar—Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bulukumba menyebutkan adanya ancaman terhadap karakteristik budaya lokal seperti masyarakat adat Kajang. Budaya khas yang terkenal dengan pakaian serba hitam ini diperkirakan akan hilang dalam beberapa tahun ke depan.
Alasan Disbudpar, masyarakat adat Kajang sudah mulai terkontiminasi dengan budaya luar. Akibatnya, ritual dan kebiasaan yang dipertahankan perlahan mulai dilupakan. Kepala Disbudpar Bulukumba, Andi Nasaruddin Gau mengatakan, ancaman ini sudah sangat terasa. Masyarakat adat Kajang yang merupakan bagian dari salah satu kekayaan budaya lokal di daerah ini sudah mulai luntur akibat terpengaruh dunia luar. Padahal, kata dia, kawasan adat Kajang yang disebut dengan masyarakat adat Ammatowa ini awalnya sangat menjaga tradisi dan tertutup pengaruh modernitas akibat perkembangan teknologi.

Selasa, 08 November 2011

Ritual Adat Peluncuran Perahu Pinisi Terbesar sepanjang Sejarah Pembuatan Perahu Pinisi di Bulukumba.

Tadi malam (8/11/11) sekitar pukul 21.00 di pantai Panrang Luhu, desa Bira Kec. Bonto Bahari diadakan ritual adat peluncuran perahu Pinisi. Perahu  Pinisi yang diluncurkan malam tadi merupakan perahu Pinisi terbesar yang pernah dibuat di Bulukumba. Perahu pinisi buatan H. Bso Muslim ini memiliki dimensi panjang 50 meter, lebar 10 meter, kedalaman 5 meter, serta tonase sekitar 800 s/d 900 ton. Perahu ini dibuat atas pesanan dari Polandia dengan harga pemesanan sekitar 4 M. Kondisi kapal yang diluncurkan semalam masih 75 %, yang selanjutnya setelah diluncurkan akan dikirim ke Semarang untuk dilengkapi dengan radar, interior, perlengkapan navigasi serta kelengkapan lainnya. Acara ini dihadiri Wakil Bupati Bulukumba H. Syamsuddin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba Drs. A. Nasarauddin Gau dan jajarannya, pemilik kapal, serta tokoh masyarakat setempat.

Jumat, 21 Oktober 2011

Ini Dia Kabupaten Pelaksana "Visit South Sulawesi 2012"

KOMPAS IMAGES/DHONI SETIAWAN

Tari Kallabirang ikut meramaikan peluncuran Visit Makassar
and Beyond 2011-2014 di Gedung Kementerian Kebudayaan
dan Pariwisata, Jakarta, Jumat (26/11/2010) malam
MAKASSAR, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) menetapkan lima kabupaten dan kota sebagai penyelenggara Tahun Kunjungan Sulawesi Selatan (Visit South Sulawesi) 2012.
Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Sulsel Syuaib Mallombassi di Makassar, Selasa (18/10/2011), mengatakan kelima daerah tersebut adalah Kota Makassar, Kabupaten Maros, Bulukumba, Wajo, dan Kabupaten Tanatoraja. Sedikitnya 12 kegiatan bertaraf internasional akan digelar di lima daerah tersebut selama berlangsungnya Tahun Kunjungan Sulsel 2012.

Kamis, 15 September 2011

Ikon Pariwisata Bulukumba Terlengkap di Sulsel

Bulukumba-FP
            Bulukumba adalah sebuah kabupaten yang terletak paling selatan di wilayah Sul-Sel, kira-kira berjarak 150 km dari kota Makassar. Keindahan alam dan keanekaragaman budaya daerah yang berjuluk “Butta Panrita Loppi” membuat daerah ini kaya akan potensi wisata. Mungkin tidak berlebihan kalau dikatakan obyek wisata Bulukumba terlengkap di Sul-Sel.

Kamis, 08 September 2011

“Ritual Pemotongan Lidah “ mewarnai acara “Pa’dampoleng” di Kajang

Suara riuh rendah terdengar dari kediaman kepala desa Sangkala Kecamatan Kajang. Hari itu  Kamis (8/9) sedang berlangsung acara adat “Pa’dampoleng” yang merupakan ritual adat untuk mengenang 100 hari wafatnya istri dari Puto Toa Sangkala Palaloi yaitu Rabi’.  Ritual adat seperti ini biasanya dihadiri oleh 36 pemangku adat Kajang duduk bersama, yang biasa disebut Puto. Kebersamaan dan gotong royong sangat kental dalam setiap acara yang diadakan di kawasan adat Kajang. Hal ini terlihat dari banyaknya warga dan tetanggal yang ikut meramaikan acara ini, bukan hanya sumbangan tenaga yang mereka persembahkan kepada tuan rumah, akan tetapi kebersamaan juga dapat dilihat dari banyaknya sumbangan berupa hasil bumi yang dipersembahkan untuk mendukung acara ini. Songkolo, nasi khas Kajang, Uhu-uhu dan Cucur tak pernah lepas dari acara yang digelar di kawasan Kajang.

Jumat, 19 Agustus 2011

Bulukumba segera miliki hotel bintang tiga


Bulukumba akan segera memiliki hotel berbintang tiga yang akan segera beroperasi tahun ini juga, sehingga akan lebih memanjakan turis yang akan berkunjung ke daerah ini. Eks Hotel Sapolohe yang berlokasi di daerah wisata pantai pasir putih Tanjung Bira akan disulap menjadi hotel berbintang tiga dengan beragam fasilitas di antaranya penambahan jumlah kamar yang sebelumnya hanya 15 kamar, nantinya akan ditambah menjadi sekitar 30 kamar dengan klasifikasi standar, deluxe dan suite.

Rabu, 27 Juli 2011

Pasukan Berkuda Ramaikan Festival Pedalaman di Desa Bialo

Sejumlah warga yang menunggang kuda atau pasukan beruda tampil  di Desa Bialo, Kecamatan Gantarang, Bulukumba, mengitari jalan poros Desa ke Dusun Bungeng pada Festival Pedalaman, Selasa (26/7).

Pasukan berkuda tersebut sebagai simbol kepahlawanan dan keperkasaan pejuang daerah itu. Acara ini dikemas dalam seni dan budaya.

Jumat, 22 Juli 2011

Gubernur Malaka Kunjungi Bulukumba

ubayd-budpar
Wakil Bupati Bulukumba dan Gubernur
Malaka saling bertukar cinderamata

Gubernur Malaka Tuanku Yang Terutama Tun Datuk Seri Mohd Khalil bin Yaakop mengunjungi kabupaten Bulukumba setelah sebelumnya berkunjung ke Kapupaten Gowa. Beliau didampingi oleh beberapa pejabat kerajaan Malaka dan ikut pula dalam rombongan adalah dari kalangan pengusaha wisata dan staf ahli dari Universitas Negeri Malaka. Beliau diterima di rumah jabatan Bupati Bulukumba, beliau disambut dengan tari Padduppa yang ditarikan oleh sisiwi SMA di Bulukumba serta alunan musik “Turiolo” yang dibawakan oleh staf Dinas Kebudayaan dan Pariiwisata Bulukumba.

Sabtu, 16 Juli 2011

Festival Pinisi II 2011 di Pantai Tanjung Bira

Sore ini (16 Juli 2011)sekitar pukul 17.00 Festival Pinisi II 2011 dibuka secara resmi oleh Bupati Bulukumba H. Zainuddin Hasan. Acara yang bertema “ Bangkitkan Wisata Multi Interest di Bulukumba demi mendukung Visit South Sulawesi 2012”, dihadiri oleh Wakil Bupati, Musipida Kab. Bulukumba, anggota DPRD Bulukumba, Camat , Lurah, Kepala Desa se Kabupaten Bulukumba, dan undangan lainnya. Dalam sambutannya Bupati menyampaikan setiap daerah punya keunggulannya masing-masing, jika di daerah lain memiliki keunggulan di bidang tambang minyak atau batu bara, maka di Bulukumba yang menjadi keunggulan adalah pariwisatanya,

Kamis, 14 Juli 2011

LOMBA DAN PAMERAN FOTO KEBUDAYAAN INDONESIA 2011


LOMBA DAN PAMERAN FOTO KEBUDAYAAN INDONESIA 2011
Petunjuk Teknis
Memperebutkan Piala Presiden dan Uang Pembinaan
A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan karakter dan jati diri bagi setiap bangsa. Bangsa Indonesia memiliki keragaman budaya yang tersebar di seluruh pelosok tanah air dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote dengan keunikan dan identitas masing-masing. Keragaman Budaya tersebut harus didokumentasikan dan dipublikasikan kepada masyarakat sehingga timbul peduli untuk melindungi, mengembangkan dan memanfaatkan potensi wisata di daerah masing-masing.

Jumat, 08 Juli 2011

Menelusuri Jejak Orang Bugis di Singapura (2-Selesai)


Ada Distrik Sengkang, Pinisi Jadi Gambar Mata Uang 
Sumber : http://www.fajar.co.id/read-20110707013631-ada-distrik-sengkang-pinisi-jadi-gambar-mata-uang
ist
SEJARAH BUGIS . Kawasan Bugis Junction di Singapura
yang banyak dikunjungi pelancong

Ketika Singapura jatuh ke tangan Inggris, orang-orang Bugis diyakini sudah melakukan perdagangan di Singapura. 

Hingga kini kawasan Kallang masih ada. Bahkan kawasan yang dulunya menjadi perkampungan orang-orang Bugis itu, kini telah menjelma menjadi salah satu pusat bisnis Singapura.    

“Okko ka ro ndik (di situ saya adinda, red) sering mandi-mandi dan main waktu kecil,“ kata Andi Umar Yahya Andi Maggah, 73, sambil menunjuk ke Kallang River (Sungai Kallang), Senin siang, 4 Juli. 

Dulu, Sungai Kallang yang bermuara ke Laut China Selatan merupakan tempat berlabuhnya perahu-perahu nelayan dan saudagar Bugis. Tak jauh dari pinggir sungai besar itu, terdapat perkampungan orang-orang Bugis. 

Menelusuri Jejak Orang Bugis di Singapura (1)

Kampung Bugis Tinggal Nama, Disulap Jadi Pusat Bisnis 

Laporan: Arsyad Hakim, Singapura
Sumber :  http://www.fajar.co.id/read-20110706013637-kampung-bugis-tinggal-nama-disulap-jadi-pusat-bisnis
Arsyad Hakim/Fajar
BANGGA. Andi Umar Yahya Andi Maggah saat 

membawa kami jalan-jalan di perkampungan 
Bugis dan Melayu di Singapura

Dari sekian banyak etnis yang membentuk orang Melayu Singapura, Bugis dianggap paling besar pengaruhnya. Wajarlah jika pemerintah Negara Pulau itu mengabadikan etnis Bugis sebagai nama distrik penting di Negeri Jiran itu.


Bukan hanya nama Bugis, kawasan lain yang juga diambil dari Bugis adalah Sengkang. Di Singapura terdapat distrik Sengkang. Nama distrik itu diambil dari nama kota di Sulsel, ibu kota Kabupaten Wajo yang merupakan salah satu daerah asal perantau-perantau Bugis di Tanah Melayu.

Rabu, 06 Juli 2011

Disbudpar Bulukumba Tantang Pemprov Perbaiki Poros Bira

Sumberhttp://www.rca-fm.com/2011/01/disbudpar-bulukumba-tantang-pemprov.html
Bulukumba, RCAnews - Saat ini kerusakan infrastruktur jalan menuju kawasan wisata Pantai Bira  sudah masuk dalam kategori rusak parah. Hampir semua bagian badan jalan sepanjang 20 kilometersudah terbongkar dan berlubang. 

Minggu, 03 Juli 2011

Muhannis, Penyelamat Naskah Kuno Ara. Pertahankan Bahasa Daerah Lewat Sastra


Sumber : Fajar Minggu, 3 Juli 2011
oleh : Muhammad Nursam, Makassar
“...Saya hanya menulis sesuai imajinasi dan ingin mengisi kekosongan karya sastra yang menggunakan bahasa Makassar:” (Muhammad Nursam, Makassar).
Kalimat itu disampaikan Muhannis usai bedah buku terbarunya, Karruq Ri Bantilang Pinisi di redaksi FAJAR pekan lalu. Pria yang telah mempelajari sastra daerah sejak kecil karena tertarik dengan bahasa tertua di kampungnya.

Karruq Ri Bantilang Pinisi, Novel Berbahasa Makassar Pertama di Dunia

Sebuah novel berbahasa Makassar yang kali pertama dalam sejarah dilaunching di Bulukumba. Launching Novel "Karruq Ri Bantilang Phinisi" karya Drs. Muhannis Ara diserbu ratusan masyarakat Ara di Gedung Masyarakat Ara, tanah Beru, Kecamatan Bontobahari, Bulukumba, Sulsel, Ahad (26/6/2011).Launching novel tersebut juga diserbu oleh mahasiswa KKN UNM di Kecamatan Bonto Bahari sebab, ini adalah kali pertama dalam sejarah, ada buku sastra "novel" yang dilaunching di Desa tersebut. 

Sabtu, 02 Juli 2011

Kehidupan Suku Kajang Di Tana Toa Sulawesi Selatan

Wanita suku Kajang dengan pakaian khas yang serba hitam
http://id.voi.co.id/fitur/voi-pesona-indonesia/1020-kehidupan-suku-kajang-d=
Suku Kajang adalah salah satu suku yang tinggal di pedalaman Makassar, Sulawesi Selatan. Secara turun temurun, mereka tinggal di Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba.  Bagi mereka, daerah itu dianggap sebagai tanah warisan leluhur dan mereka menyebutnya, Tana Toa.
Di Tana Toa, suku Kajang terbagi menjadi dua kelompok, Kajang Dalam dan Kajang Luar.  Suku Kajang Luar hidup dan menetap di tujuh desa di Bulukumba. Sementara suku Kajang Dalam tinggal hanya di dusun Benteng.  Di dusun Benteng inilah, masyarakat Kajang Dalam dan Luar melaksanakan segala aktifitasnya yang masih terkait dengan adat istiadat.

Christine Hakim Tertarik Bikin Film Tentang Suku Kajang


"Saya tertarik sekali bikin film yang mengusung tema-tema alam. Saya melihat Indonesia punya keunggulan yang sangat kuat di sektor itu, tetapi belum digarap secara maksimal oleh para sineas kita. Selain tentang Morotai, ada beberapa objek menarik lainnya yang bagus diungkap ke film. Misalnya, tentang panorama alam Raja Ampat atau tentang Danau Sentani di Papua. Juga tentang suku Baduy di Banten serta orang Kajang di Bulukumba, Sulawesi Selatan," tutur Christine Hakim.

Kamis, 30 Juni 2011

FESTIVAL PINISI II 2011


Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba tahun ini kembali menggelar perhelatan akbar yaitu Festival Pinisi II 2011 dengan tema : “BANGKITKAN WISATA MULTI  INTEREST DI BULUKUMBA DEMI MENDUKUNG VISIT SOUTH SULAWESI 2012”.

Kamis, 23 Juni 2011

Kajang Dalam, Asketisisme yang Terkepung


(Oleh Aswin Rizal Harahap dan Maria Serenade Sinurat)

Pernah ke Kajang Dalam di Sulawesi Selatan? Jangankan orang asing, penduduk asli pun ”menyingkirkan” teknologi di luar sana, di luar tanah mereka. Dan, Ato (23) pun patuh. Penduduk asli Kajang itu memarkir motornya tepat di depan gerbang desa dan harus berjalan kaki terseok-seok memanggul dua karung gabah. Aswin
Setelah melewati jalan berbatu sepanjang 2 kilometer (km), Ato sampai di rumahnya, Dusun Benteng. 
Itulah bentuk penghormatannya pada ”pandangan dunia” masyarakat Kajang Dalam yang mereka sebut Kamase-masea, sebuah asketisisme purba yang menolak masuknya listrik dan kendaraan bermotor. Listrik? Motor, televisi, dan telepon seluler? Ya... semuanya ditaruh di luar desa. 

Serah Terima Jabatan Camat Bonto Bahari

Pada Kamis, 23 Juni 2011 pukul 10.30.00 WIB, bertempat di kantor Kecamatan Bonto Bahari, dilaksanakan Upacara Serah Terima Jabatan di lingkungan Kecamatan Bonto Bahari, dari pejabat lama A. Mattalatta, SE yang telah memasuki masa pensiun kepada pejabat baru Dra. A. Pamenery sebagai Camat baru Bonto Bahari.

Upacara serah terima jabatan Camat Bonto Bahari ini dirangkaikan pula dengan serah terima jabatan Ketua Tim Penggerak PKK dari pejabat lama Ny. A. Mattalatta kepada Ny. A. Samsiar Taufik yang juga merupakan istri dari Sekretaris Kecamatan Bonto Bahari. Upacara serah terima jabatan ini disaksikan oleh Wakil Bupati Bulukumba H. Syamsuddin, Ketua Tim Penggerak PKK Kab. Bulukumba yang juga istri Bupati Bulukumba Ny. Hj. Nurhayati L, anggota DPRD Bulukumba, Camat di lingkungan Pemda Bulukumba, Kepala SKPD lingkup

Selasa, 21 Juni 2011

Film 'Raga 11 11 11' tentang takraw syuting 1 Juli 2011


SEMANGAT daerah untuk memperkenalkan diri melalui film mulai meningkat. Setelah Pemda Wakatobi mendukung The Mirror Never Lies, Pemda Papua dengan filmLost In Papua-nya, kini Pemda Bulukumba, Sulawesi Selatan memproduksi Raga 11 11 11.  Zainudin Hasan selaku eksekutif produser yang juga Bupati Bulukumba, mengatakan, “Daerah lain bisa terkenal lewat film, saya berharap potensi alam dan kebudayaan Sulawesi bisa lebih terkenal juga,” kata Zainudin Hasan saat hadir di acarasoft launching film Raga 11 11 11 di Hall Sepak Takraw, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (21/6/2011).
Dikatakan Zainudin, pihaknya mendukung produksi film tentang olahraga sepak takraw yang akan disutradarai Ismail Sofyan Sani tersebut. “100 persen kami dukung film ini. Semoga sepak takraw yang merupakan warisan raja di Sulawesi lebih dicintai masyarakat luas,” ungkap Zainudin yang hadir bersama Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba, Nasaruddin.
Tentang konsep film, sutradara Ismail Sofyan Sani – pernah membuat film Brahma Kumbara dan Kesaksian serta sejumlah sinetron – menyebut akan mengerahkan puluhan pemain, terdiri dari para atlet takraw Pelatnas, para bintang cilik dari daerah, aktor dan aktris. “Konsep film ini semi kolosal, dengan dukungan animasi untuk efek tertentu hingga gambar akan memanjakan mata,” kata sutradara era 80-an tersebut.

Ketika Kajang Berdamai dengan Modernitas

Sumber : http://oase.kompas.com/read/2011/06/18/1319313/Ketika.Kajang.Berdamai.dengan.Modernitas

(Oleh : Aswin Rizal Harahap & Maria. S. Sinurat )

Jumalang (12), Jaha (10), dan Adi (9) tumbuh bebas di alam Kajang yang menganugerahi mereka naluri untuk menggembala sapi dan menanam padi. Dengan antusiasme yang sama, ketiganya belajar mengenal aksara dan angka untuk memahami dunia luar yang larut dalam derasnya arus modernisasi.

Kesunyian malam hari di Dusun Pangi, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sekitar 200 kilometer (km) selatan Kota Makassar, mendadak pecah oleh teriakan tiga sekawan itu. ”Kak Bibi.... Kak Bibi! Ayo belajar, Kak Bibiiii...!” pekik mereka berulang-ulang selepas magrib.

Habibi (27), pria yang dipanggil-panggil itu, sudah paham betul tabiat para bocah yang tidak sabaran itu. Sekali saja kegiatan belajar tidak tepat waktu, para bocah itu kecewa dan berhenti belajar. Habibi ditemani Sulfiani (23) bergegas menemui anak-anak itu sambil membawa buku dan alat tulis yang dibutuhkan.

Jumat, 17 Juni 2011

Selayang Pandang Kabupaten Bulukumba

Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa.
Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah:
- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
- Sebelah Selatan: Laut Flores
- Sebelah Timur: Teluk Bone
- Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.
(sumber : www.id.wikipedia.org)

Selasa, 14 Juni 2011

Sejarah Singkat Mitologi Penamaan "Bulukumba"

Sejarah Singkat Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu"Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya". Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "tanah kongkong", disitulah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. "Bangkeng Buki", yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulukumupa", yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten. Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 5 tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960