Selasa, 15 November 2011

KARAKTERISTIK ADAT KAJANG TERANCAM HILANG

                                                                          ubayd-budpar Blk
Salah satu ritual adat di Kajang

Bulukumba,Fajar—Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bulukumba menyebutkan adanya ancaman terhadap karakteristik budaya lokal seperti masyarakat adat Kajang. Budaya khas yang terkenal dengan pakaian serba hitam ini diperkirakan akan hilang dalam beberapa tahun ke depan.
Alasan Disbudpar, masyarakat adat Kajang sudah mulai terkontiminasi dengan budaya luar. Akibatnya, ritual dan kebiasaan yang dipertahankan perlahan mulai dilupakan. Kepala Disbudpar Bulukumba, Andi Nasaruddin Gau mengatakan, ancaman ini sudah sangat terasa. Masyarakat adat Kajang yang merupakan bagian dari salah satu kekayaan budaya lokal di daerah ini sudah mulai luntur akibat terpengaruh dunia luar. Padahal, kata dia, kawasan adat Kajang yang disebut dengan masyarakat adat Ammatowa ini awalnya sangat menjaga tradisi dan tertutup pengaruh modernitas akibat perkembangan teknologi.

“Terus terang saya mulai khawatir kawasan adat ini hilang dan hanya akan menjadi sejarah saja. Dalam beberapan hahun ke depan budaya adat Ammatowa kalau tidak ada upaya untuk menjaganya,” ujar Nasaruddin Gau, Minggu, 13 November 2011.
Ia mengatakan, pihaknya sepakat jika kawasan adat ini diisolasi dari pengaruh luar. Termasuk bukan sesuatu yang salah jika masyarakatnya tidak dilibatkan dalam hal politik praktis. Pasalnya, dengan terlibat dalam politik, cenderung membuat mereka terpecah sehingga terbentuk sekte-sekte yang pada dasarnya akan merusak karakteristik khasnya. “Coba anda lihat sudu Baduy di Banten. Dia itu tidak mau terlibat dalam persoalan politik,” tambahnya.
Selain kawasan adat Kajang yang dikhawatirkan terancam hilang, industri pembuatan kapal Pinisi yang juga menjadi ciri khas budaya Bulukumba juga diprediksi lambat laun akan punah. Pasalnya, sampai saat ini kata Nasaruddin belum ada kejelasan dan peran pemerintah provinsi untuk melestarikannya. Bahkan, sampai saat ini kapal Pinisi ternyata belum memiliki hak paten. Satu-satunya hak kekayaan intelektual yang dimiliki perahu bersejarah ini hanyalah hak desain industri. “Praktis sekarang yang bertahan hanya beberapa pengusaha saja,” ujarnya lagi.
Salah seorang warga Kajang, Haris Ishak juga mengakui kemungkinan hilangnya karakteristik masyarakat ini. Pasalnya, kata dia, terlalu banyak kepentingan yang masuk yang justru merusak tatanan masyarakat adat. Dia pun menilai selama ini, masyarakat Kajang cenderung dimanfaatkan oknum-okum tertentu untuk kepentingan politiknya. “Banyak yang mau mengambil keuntungan dengan merusak nilai-nilai lokal yang seharusnya dipertahankan. Kasihan masyarakat adat yang dikorbankan,” ungkapnya.
Bahkan, Haris tidak segan-segan mengatakan, seharusnya ada gerakan penyelamatan masyarakat adat yang harus dilakukan. Pasalnya, kata dia, eksploitasi masyakat adat Kajang adalah tindakan yang dilakukan orang-orang tertentu tanpa melihat keutuhannya dan hanya mencari keuntungannya. “Saya juga sepakat saatnya masyarakat Kajang diberikan hak ekslusif dengan diberikan otonomi khusus untuk mengatur kelangsungan adatnya,” tambah Haris.(Muhammad Arman/Baharuddin Moenta)

Sumber : Fajar Edisi Cetak.  Senin, 14 November 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar