Senin, 28 November 2011

Tradisi Adat Ammatoa Wajib Dilestarikan

MUHAMMAD ARMAN/FAJAR
FOTO BERSAMA. Wantimpres bidang pendidikan dan kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta (kedua dari kanan) berfoto di depan pintu gerbang kawasan adat Ammatoa, Minggu, 27 November


BULUKUMBA, FAJAR -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta menyatakan kekagumannya pada tradisi masyarakat Adat Ammatoa, Kajang. Ia meminta tradisi tersebut bisa dilestarikan.

Kekaguman itu diungkapkan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini saat berkunjung ke kawasan ini, Minggu, 27 November. Salah satu yang dia kagumi adalah nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi masyarakat adat ini yakni kesederhanaan dan kejujuran. Tradisi adat ini, kata putri Proklamator Kemerdekaan RI, Muhammad Hatta ini, adalah hal yang wajib dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya nasional yang hingga saat ini masih ada.

RAPAT TERBATAS WANTIMPRES MENGENALI ASET SEJARAH DAN BUDAYA SEBAGAI BAGIAN DARI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

Foto :  Humas Bulukumba

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa lebih jauh dari sekedar mencerdaskan otak, karena mencerdaskan kehidupan bangsa adalah konsep budaya, yaitu menginternalisasikan nilai-nilai sebagai bangsa yang berkarakter, mempunyai jati diri, watak sebagai bangsa yang bermartabat, mandiri, tangguh, mencintai sesama, mampu menjadi tuan di tanah air sendiri, berdiri sejajar dengan bangsa lain, dan mampu mendisain masa depannya sendiri tanpa menggantungkan nasibnya pada bangsa lain. 

Jumat, 25 November 2011

Anggota Wantimpres Bidang Pendidikan dan Kebudayaan Kunjungi Bulukumba


Prof. Dr. Meutia Hatta Swasono anggota Wantimpres (Dewan Pertimbangan Presiden) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan beserta rombongan, hari ini Jum’at (25/11) mengunjungi Bulukumba.

Selasa, 15 November 2011

KARAKTERISTIK ADAT KAJANG TERANCAM HILANG

                                                                          ubayd-budpar Blk
Salah satu ritual adat di Kajang

Bulukumba,Fajar—Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Bulukumba menyebutkan adanya ancaman terhadap karakteristik budaya lokal seperti masyarakat adat Kajang. Budaya khas yang terkenal dengan pakaian serba hitam ini diperkirakan akan hilang dalam beberapa tahun ke depan.
Alasan Disbudpar, masyarakat adat Kajang sudah mulai terkontiminasi dengan budaya luar. Akibatnya, ritual dan kebiasaan yang dipertahankan perlahan mulai dilupakan. Kepala Disbudpar Bulukumba, Andi Nasaruddin Gau mengatakan, ancaman ini sudah sangat terasa. Masyarakat adat Kajang yang merupakan bagian dari salah satu kekayaan budaya lokal di daerah ini sudah mulai luntur akibat terpengaruh dunia luar. Padahal, kata dia, kawasan adat Kajang yang disebut dengan masyarakat adat Ammatowa ini awalnya sangat menjaga tradisi dan tertutup pengaruh modernitas akibat perkembangan teknologi.

Selasa, 08 November 2011

Ritual Adat Peluncuran Perahu Pinisi Terbesar sepanjang Sejarah Pembuatan Perahu Pinisi di Bulukumba.

Tadi malam (8/11/11) sekitar pukul 21.00 di pantai Panrang Luhu, desa Bira Kec. Bonto Bahari diadakan ritual adat peluncuran perahu Pinisi. Perahu  Pinisi yang diluncurkan malam tadi merupakan perahu Pinisi terbesar yang pernah dibuat di Bulukumba. Perahu pinisi buatan H. Bso Muslim ini memiliki dimensi panjang 50 meter, lebar 10 meter, kedalaman 5 meter, serta tonase sekitar 800 s/d 900 ton. Perahu ini dibuat atas pesanan dari Polandia dengan harga pemesanan sekitar 4 M. Kondisi kapal yang diluncurkan semalam masih 75 %, yang selanjutnya setelah diluncurkan akan dikirim ke Semarang untuk dilengkapi dengan radar, interior, perlengkapan navigasi serta kelengkapan lainnya. Acara ini dihadiri Wakil Bupati Bulukumba H. Syamsuddin, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba Drs. A. Nasarauddin Gau dan jajarannya, pemilik kapal, serta tokoh masyarakat setempat.