Ratusan warga Lingkungan
Bontorihu, Kelurahan Ballasaraja, Kecamatan Bulukumpa, Kabupaten Bulukumba,
menggelar acara prosesi Mappatinro Bine
yang dilaksanakan mulai Kamis (13/12), hingga Jum’at (14/12) dini hari.
Acara Mappatinro Bine adalah ritual adat istiadat warga melakukan
permohonan kepada Sang Pencipta melalui doa barazanji
dan doa zikir lainnya agar benih
bibit padi yang ditanam akan tumbuh dan tidak diganggu oleh hama maupun
penyakit.
Ritual itu dipusatkan di tiga
masjid Ballasaraja. “Acara ini sebagai bentuk permohonan berupa doa kepada Sang
Pencipta agar tanaman padi warga berhasil dan tidak diganggu hama dan
penyakit,” kata Sangkala, warga Ballasaraja, Kamis (13/12) lalu.
Tujuan lainnya agar petani di
daerah itu menyatukan waktu bertanam padi. Penyatuan waktu bertanam padi itu
bisa pula dimaknai bersatunya masyarakat Ballasaraja, yang menurut Sangkala,
selama ini susah dikumpulkan.
Di acara itu pula, warga membawa
makanan berupa ayam kampung, songkolo
dan onde-onde. Ada juga kue burasa dan doko-doko unti. Makanan dan kue itu adalah kuliner khas masyarakat
Bugis di Bulukumba.
Selain makanan, warga petani juga
membawa bibit padi ke tempat prosesi Mappatinro
Bine di tiga masjid tersebut. Bibit padi dibawa disertai pelita yang
terbuat dari buah kemiri tanpa menggunakan minyak tanah. Kegiatan ritual di
Ballasaraja itu baru digelar kembali kali ini sejak 15 tahun lalu tidak pernah
lagi digelar. Rencananya Mappatinro Bine
akan digelar setiap tahun, baik saat panen berhasil maupun tidak.
Di Kelurahan Ballasaraja ada 340
hektar sawah yang mengalami kekeringan yang mengakibatkan tanaman padi mereka
mengalami puso sehinggal gagal panen.
Ritual adat semacam ini perlu
lebih digiatkan lagi dan senantiasa dilestarikan karena merupakan kekayaan
budaya bangsa juga bisa dijadikan
sebagai daya tarik wisata sehingga memperkaya budaya bangsa. (syamsul
bahri_Tribun Timur)
Sumber : Tribun Timur edisi cetak, Sabtu, 15 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar