MUHAMMAD ARMAN/FAJAR FOTO BERSAMA. Wantimpres bidang pendidikan dan kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta (kedua dari kanan) berfoto di depan pintu gerbang kawasan adat Ammatoa, Minggu, 27 November |
BULUKUMBA, FAJAR -- Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Dr Meutia Hatta menyatakan kekagumannya pada tradisi masyarakat Adat Ammatoa, Kajang. Ia meminta tradisi tersebut bisa dilestarikan.
Kekaguman itu diungkapkan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini saat berkunjung ke kawasan ini, Minggu, 27 November. Salah satu yang dia kagumi adalah nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi masyarakat adat ini yakni kesederhanaan dan kejujuran. Tradisi adat ini, kata putri Proklamator Kemerdekaan RI, Muhammad Hatta ini, adalah hal yang wajib dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya nasional yang hingga saat ini masih ada.
Kekaguman itu diungkapkan mantan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan ini saat berkunjung ke kawasan ini, Minggu, 27 November. Salah satu yang dia kagumi adalah nilai kearifan lokal yang dijunjung tinggi masyarakat adat ini yakni kesederhanaan dan kejujuran. Tradisi adat ini, kata putri Proklamator Kemerdekaan RI, Muhammad Hatta ini, adalah hal yang wajib dilestarikan karena merupakan salah satu kekayaan budaya nasional yang hingga saat ini masih ada.
Selain itu, Meutia menyebut ajaran keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam yang diterapkan masyarakat adat Kajang adalah satu karakter bangsa yang patut diteladani. Dengan semakin tergerusnya budaya dan melemahnya karakter bangsa tersebut, maka Meutia mengatakan, tidak ada salahnya masyarakat mencoba menyimak dan mengambil nilai positif dari kehidupan masyarakat yang dikenal dengan ciri khas pakaian serba hitam ini. Bahkan dia mengaku sangat antusias begitu memasuki kawasan adat ini lantaran suasananya yang masih sangat alami.
"Saya sangat terharu datang di tempat ini. Sudah sekian lama saya mengimpikan untuk datang berkunjung langsung dalam kawasan adat ini, namun baru terwujud saat ini," katanya.
"Saya kenal adat Kajang sejak lama karena banyak diperbincangkan orang dengan segala tradisi di dalamnya. Memang daerah ini sangat terkenal. Makanya, ini harus dipertahankan sebagai warisan leluhur," pesan Meutia.
Pemimpin adat Ammatoa, Puto Palasa dalam Bahasa Konjo menerangkan, kawasan adat ini memang berbeda dengan kawasan lainnya di manapun. Selain karena warganya yang sangat menjaga sikap dan kejujuran serta kesederhanaan, juga karena masyarakat di kawasan adat ini memiliki aturan adat dalam memperlakukan alam. Dia juga menjelaskan tentang dasar masyarakat adat Kajang ini dalam mengambil pelajaran hidup yakni pada ajaran yang dia sebut dengan istilah "pasang". "Itu sumber dari segala sumber pelajaran," katanya.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bulukumba, Andi Nasaruddin Gau mengatakan, kedatangan Wantimpres di Bulukumba adalah sebuah kehormatan sekaligus kebanggaan bagi masyarakat Bulukumba. Pasalnya, dengan kedatangannya ini, kata Nasaruddin, maka potensi yang ada di Bulukumba bisa dilihat dan lebih cepat mendapat respons dari pemerintah pusat. "Apalagi kami sudah membawa beliau berkeliling Bulukumba, termasuk ke Bira, ke tempat pembuatan perahu Pinisi, makam Dato' Tiro dan di Kajang ini," ujar Nasaruddin.
Di kawasan adat Ammatoa, selain bertemu dengan pemimpin adatnya, Meutia juga mendapat gelar yang disematkan langsung Puto Palasa. Ia mendapat gelar Jaja' Manisi yang bermakna seseorang yang agung dan baik dalam kehidupan masyarakat. Gelar Jaja' ini merupakan gelar khusus yang diberikan kepada perempuan. Sedangkan Manisi' adalah kalimat pembenaran kebaikan pada suatu hal atau objek.
Gelar tersebut disematkan lantaran Prof Meutia dianggap sebagai salah satu tokoh nasional di Indonesia yang merupakan putri orang tersohor di negeri ini. Prof Meutia juga adalah orang pertama yang mendapat gelar Jaja' dari pemimpin adat Ammatoa selama ini. Dengan begitu, Prof Meutia kemudian diresmikan sebagai salah satu warga Ammatoa sekalipun tidak berdomisili di tempat ini. Bahkan sebelum meninggalkan kawasan Ammatoa, dia mendapat perlakuan adat khusus dengan tradisi pemberkatan. (arm/har)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar