Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bulukumba tahun ini kembali menggelar perhelatan akbar yaitu Festival Pinisi II 2011 dengan tema : “BANGKITKAN WISATA MULTI INTEREST DI BULUKUMBA DEMI MENDUKUNG VISIT SOUTH SULAWESI 2012”.
Kamis, 30 Juni 2011
Kamis, 23 Juni 2011
Kajang Dalam, Asketisisme yang Terkepung
Sumber : http://tanahair.kompas.com/read/2011/06/20/11473758/Kajang.Dalam..Asketisisme.yang.Terkepung.
(Oleh Aswin Rizal Harahap dan Maria Serenade Sinurat)
Pernah ke Kajang Dalam di Sulawesi Selatan? Jangankan orang asing, penduduk asli pun ”menyingkirkan” teknologi di luar sana, di luar tanah mereka. Dan, Ato (23) pun patuh. Penduduk asli Kajang itu memarkir motornya tepat di depan gerbang desa dan harus berjalan kaki terseok-seok memanggul dua karung gabah. Aswin
Setelah melewati jalan berbatu sepanjang 2 kilometer (km), Ato sampai di rumahnya, Dusun Benteng.
Itulah bentuk penghormatannya pada ”pandangan dunia” masyarakat Kajang Dalam yang mereka sebut Kamase-masea, sebuah asketisisme purba yang menolak masuknya listrik dan kendaraan bermotor. Listrik? Motor, televisi, dan telepon seluler? Ya... semuanya ditaruh di luar desa.
Serah Terima Jabatan Camat Bonto Bahari
Pada Kamis, 23 Juni 2011 pukul 10.30.00 WIB, bertempat di kantor Kecamatan Bonto Bahari, dilaksanakan Upacara Serah Terima Jabatan di lingkungan Kecamatan Bonto Bahari, dari pejabat lama A. Mattalatta, SE yang telah memasuki masa pensiun kepada pejabat baru Dra. A. Pamenery sebagai Camat baru Bonto Bahari.
Upacara serah terima jabatan Camat Bonto Bahari ini dirangkaikan pula dengan serah terima jabatan Ketua Tim Penggerak PKK dari pejabat lama Ny. A. Mattalatta kepada Ny. A. Samsiar Taufik yang juga merupakan istri dari Sekretaris Kecamatan Bonto Bahari. Upacara serah terima jabatan ini disaksikan oleh Wakil Bupati Bulukumba H. Syamsuddin, Ketua Tim Penggerak PKK Kab. Bulukumba yang juga istri Bupati Bulukumba Ny. Hj. Nurhayati L, anggota DPRD Bulukumba, Camat di lingkungan Pemda Bulukumba, Kepala SKPD lingkup
Selasa, 21 Juni 2011
Film 'Raga 11 11 11' tentang takraw syuting 1 Juli 2011
SEMANGAT daerah untuk memperkenalkan diri melalui film mulai meningkat. Setelah Pemda Wakatobi mendukung The Mirror Never Lies, Pemda Papua dengan filmLost In Papua-nya, kini Pemda Bulukumba, Sulawesi Selatan memproduksi Raga 11 11 11. Zainudin Hasan selaku eksekutif produser yang juga Bupati Bulukumba, mengatakan, “Daerah lain bisa terkenal lewat film, saya berharap potensi alam dan kebudayaan Sulawesi bisa lebih terkenal juga,” kata Zainudin Hasan saat hadir di acarasoft launching film Raga 11 11 11 di Hall Sepak Takraw, Pondok Cabe, Tangerang Selatan, Selasa (21/6/2011).
Dikatakan Zainudin, pihaknya mendukung produksi film tentang olahraga sepak takraw yang akan disutradarai Ismail Sofyan Sani tersebut. “100 persen kami dukung film ini. Semoga sepak takraw yang merupakan warisan raja di Sulawesi lebih dicintai masyarakat luas,” ungkap Zainudin yang hadir bersama Kepala Dinas Pariwisata Bulukumba, Nasaruddin.
Tentang konsep film, sutradara Ismail Sofyan Sani – pernah membuat film Brahma Kumbara dan Kesaksian serta sejumlah sinetron – menyebut akan mengerahkan puluhan pemain, terdiri dari para atlet takraw Pelatnas, para bintang cilik dari daerah, aktor dan aktris. “Konsep film ini semi kolosal, dengan dukungan animasi untuk efek tertentu hingga gambar akan memanjakan mata,” kata sutradara era 80-an tersebut.
Ketika Kajang Berdamai dengan Modernitas
Sumber : http://oase.kompas.com/read/2011/06/18/1319313/Ketika.Kajang.Berdamai.dengan.Modernitas
(Oleh : Aswin Rizal Harahap & Maria. S. Sinurat )
Jumalang (12), Jaha (10), dan Adi (9) tumbuh bebas di alam Kajang yang menganugerahi mereka naluri untuk menggembala sapi dan menanam padi. Dengan antusiasme yang sama, ketiganya belajar mengenal aksara dan angka untuk memahami dunia luar yang larut dalam derasnya arus modernisasi.
Kesunyian malam hari di Dusun Pangi, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sekitar 200 kilometer (km) selatan Kota Makassar, mendadak pecah oleh teriakan tiga sekawan itu. ”Kak Bibi.... Kak Bibi! Ayo belajar, Kak Bibiiii...!” pekik mereka berulang-ulang selepas magrib.
Habibi (27), pria yang dipanggil-panggil itu, sudah paham betul tabiat para bocah yang tidak sabaran itu. Sekali saja kegiatan belajar tidak tepat waktu, para bocah itu kecewa dan berhenti belajar. Habibi ditemani Sulfiani (23) bergegas menemui anak-anak itu sambil membawa buku dan alat tulis yang dibutuhkan.
(Oleh : Aswin Rizal Harahap & Maria. S. Sinurat )
Jumalang (12), Jaha (10), dan Adi (9) tumbuh bebas di alam Kajang yang menganugerahi mereka naluri untuk menggembala sapi dan menanam padi. Dengan antusiasme yang sama, ketiganya belajar mengenal aksara dan angka untuk memahami dunia luar yang larut dalam derasnya arus modernisasi.
Kesunyian malam hari di Dusun Pangi, Desa Tana Toa, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sekitar 200 kilometer (km) selatan Kota Makassar, mendadak pecah oleh teriakan tiga sekawan itu. ”Kak Bibi.... Kak Bibi! Ayo belajar, Kak Bibiiii...!” pekik mereka berulang-ulang selepas magrib.
Habibi (27), pria yang dipanggil-panggil itu, sudah paham betul tabiat para bocah yang tidak sabaran itu. Sekali saja kegiatan belajar tidak tepat waktu, para bocah itu kecewa dan berhenti belajar. Habibi ditemani Sulfiani (23) bergegas menemui anak-anak itu sambil membawa buku dan alat tulis yang dibutuhkan.
Jumat, 17 Juni 2011
Selayang Pandang Kabupaten Bulukumba
Kabupaten Bulukumba adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Bulukumba. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.154,67 km² dan berpenduduk sebanyak 394.757 jiwa (berdasarkan sensus penduduk 2010). Kabupaten Bulukumba mempunyai 10 kecamatan, 24 kelurahan, serta 123 desa.
Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah:
- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
- Sebelah Selatan: Laut Flores
- Sebelah Timur: Teluk Bone
- Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.
(sumber : www.id.wikipedia.org)
Secara kewilayahan, Kabupaten Bulukumba berada pada kondisi empat dimensi, yakni dataran tinggi pada kaki Gunung Bawakaraeng – Lompobattang, dataran rendah, pantai dan laut lepas.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Propinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu phinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah. Luas wilayah Kabupaten Bulukumba 1.154,67 Km2 dengan jarak tempuh dari Kota Makassar sekitar 153 Km.
Secara geografis Kabupaten Bulukumba terletak pada koordinat antara 5°20” sampai 5°40” Lintang Selatan dan 119°50” sampai 120°28” Bujur Timur.
Batas-batas wilayahnya adalah:
- Sebelah Utara: Kabupaten Sinjai
- Sebelah Selatan: Laut Flores
- Sebelah Timur: Teluk Bone
- Sebelah Barat: Kabupaten Bantaeng.
(sumber : www.id.wikipedia.org)
Selasa, 14 Juni 2011
Sejarah Singkat Mitologi Penamaan "Bulukumba"
Sejarah Singkat Mitologi penamaan "Bulukumba", konon bersumber dari dua kata dalam bahasa Bugis yaitu"Bulu’ku" dan "Mupa" yang dalam bahasa Indonesia berarti "masih gunung milik saya atau tetap gunung milik saya". Mitos ini pertama kali muncul pada abad ke – 17 Masehi ketika terjadi perang saudara antara dua kerajaan besar di Sulawesi yaitu kerajaan Gowa dan kerajaan Bone. Di pesisir pantai yang bernama "tanah kongkong", disitulah utusan Raja Gowa dan Raja Bone bertemu, mereka berunding secara damai dan menetapkan batas wilayah pengaruh kerajaan masing-masing. "Bangkeng Buki", yang merupakan barisan lereng bukit dari Gunung Lompo Battang diklaim oleh pihak kerajaan Gowa sebagai batas wilayah kekuasaannya mulai dari Kindang sampai ke wilayah bagian timur. Namun pihak kerajaan Bone berkeras mempertahankan Bangkeng Buki sebagai wilayah kekuasaannya mulai dari barat sampai ke selatan. Berawal dari peristiwa tersebut kemudian tercetuslah kalimat dalam bahasa Bugis "Bulukumupa", yang kemudian pada tingkatan dialeg tertentu mengalami perubahan proses bunyi menjadi "Bulukumba".
Konon sejak itulah nama Bulukumba mulai ada, dan hingga saat ini resmi menjadi sebuah kabupaten. Peresmian Bulukumba menjadi sebuah nama kabupaten dimulai dari terbitnya Undang–undang nomor 29 tahun 1959, tentang Pembentukan Daerah–daerah Tingkat II di Sulawesi, yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba nomor 5 tahun 1978, tentang Lambang Daerah. Akhirnya setelah dilakukan seminar sehari pada tanggal 28 Maret 1994 dengan narasumber Prof. Dr. H. Ahmad Mattulada (ahli sejarah dan budaya), maka ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Bulukumba, yaitu tanggal 4 Februari 1960 melalui Peraturan Daerah nomor 13 tahun 1994.
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960
Secara yuridis formal Kabupaten Bulukumba resmi menjadi daerah tingkat II setelah ditetapkan Lambang Daerah Kabupaten Bulukumba oleh DPRD Kabupaten Bulukumba pada tanggal 4 Februari 1960 dan selajutnya dilakukan pelantikan Bupati Pertama yaitu Andi Patarai pada tanggal 12 Februari 1960
Langganan:
Postingan (Atom)